Kamis, 27 Maret 2014

manfaat olahraga

 hai sobat blog udah lama ni aku ga memperbaruhi posting blog..........
sekarang aku mau mencoba membuat tulisan tentang manfaat olahraga

 Olah raga akir2 sangat dbutuhkan banyak teman ku untuk masuk anggota atau untuk menabah daya fisik
pertnyaan ku kok ga di lakukan dari dulu2 kok mendekati begini baru dilakukan
 jika ada tahu bahwa manfaat olahraga itu sangat penting bagi kehidupan loh................ buktinya selain bada bisa sehat kita juga bisa menmbah kekuattan tubuh kita , hayo apa ga sagat baik taaa
olahraga sebaiknya dilakukan setiap ari secara rutin minimal jogging di depan rumah itu anda sudah bisa dapat merasakan manfaat dari olah raga.
 ok mulai ari sekarang tingkat kan terus olahraga anda agar badan sehat dan tubuh menjadi kut

cheers

arma

Jumat, 14 Maret 2014

cabe cabean

                                                             Apa itu cabe cabean???,

 Akir akir ini marak terjadi yang namanya cabe cabean, sebuah sebutan yang ditujukan untuk wanita yang nakal yang menjual diri nya dengan gratis..............................
Mungkin bagi sekalangan orang cabe2 an itu dibutuhkan, tetapi sebagian lagi tidak membutuhkan
coba anda bayangkan jika itu teerjadi kepada anak anda apaka anda tidak miris jika tau anak anda salah satu dari sekian banyak wanita yang di sebut cabe cabean.

 MENGAPA CABE CABEAN ITU MARAK TERJADI???

  Menurut dari segi pandang yang saya teliti belakangan ini?, cabe cabean adalah, anak peremuan remaja yang mencari jati dirinya, dan saat bersamaan mereka terjebak dari keluarga yang tak harmonis, dan yang paling besar pengaruhnya juga pada lingkungan nya .
KENAPA?,
Ditinjau dari segi keluarga , bahwa anak butuh kasih sayang dari kedua ortunya saat itu anak mungkin tidak mendapatnkannya dan dia berusah mencarinya diluar.......
Ditinjau dari segi lingkungan.............., DIsekolah atau di tempa disekitar dia main
bahwa era globalisasi ini banyak tuntutan tmpil trendy makanya ana belum ada pengawasan dari ortu anak ikut ikutan teman dan mereka terjebak didalam lembah hitam itu....

 PENYELESAIANNYA?

  Mungkin dengan di berikan pengarahan yang tepat dan pendidikan sejak dini dari ortunya anak akan bisa terhindar dari namanya salah gaul , dan sejak kecil dibeikan namanya sex education,


 Selamat membaca artikel ini semoga bermanfaat dan bisa di share kan ke pada teman teman semoga bermanfaat

Mawar Terakir

   Aku tak tahu, harus bilang apa, cinta yang dulu bersemi kini telah sirnah sudah....................
Rasanya baru kemarin aku bermesrah mesraan kini pupus sudah harapan ku untuk terus dapat bersmamu.
kaau pergi dengan segala alasan untuk menghindar dariku................
tuhan inikah yang dinamaan cinta terakir yang begitu memilukan , semoga dengan ini aku dapat menemuan pengganti kamu yang lebih baik dari mu

Rabu, 12 Maret 2014

hm

halo kawan lama tak jumpa saya..... hari ini tadi adalah hari terakir usek hmmm aku merefresh dulu , akirnya selesai juga setelah seminggu berturut2 .. kawan dan saya akan mengikuti lomba esai semoga menang ya

Jumat, 28 Februari 2014

Isnaini Sofiyani
Universitas Padjajaran
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Ilmu Kelautan
Secara sederhana El Nino dapat diartikan sebagai fenomena alam yang menyebabkan memanasnya suhu permukaan laut. Sedangkan La Nina adalah mendinginnya suhu permukaan laut. El Nino dan La Nina dikenal juga dengan El Nino Southern Oscillation(ENSO) yang berarti fenomena yang ditimbulkan karena adanya interaksi antara laut dengan atmosfer.
Dari berbgai sumber bacaan yang ada, dapat ketahui bahwa kondisi oseanografi di Indonesia ditentukan oleh Angin Monsoon, Angin Pasat dan Arus Lintas Indonesia. Pada Monsoon Barat, banyak massa air yang diangkut Arus Monsoon Indonesia dari Laut Jawa ke Laut Banda sehingga terjadi surplus. Untuk mengimbangi surplus tersebut terjadilah downwelling (di mana massa air panas dari permukaan laut didorong ke bawah) air di Laut Banda yang diikuti oleh arus mendatar ke arah Samudera Hindia. Sedangkan pada Monsoon Timur, Arus Monsoon Indonesia banyak mengangkut air ke Laut Jawa dari Laut Banda dan sekitarnya sehingga terjadilah defisit massa air. Defisit tersebut diimbangi dengan upwelling, naiknya massa air dari lapisan bawah ke permukaan laut yang umumnya berakibat menurunkan suhu, menaikkan nilai salinitas, oksigen dan berbagai unsur hara (Wyrtki, 1958, 1961; Ilahude et al., 1990; Wetsteyn et al., 1990; Zijlstra, 1990).
Fenomena El Nino dan La Nina ini, dapat menyebabkan dampak yang positif dan juga negatif terhadap lingkungan laut yang berimbas pada sektor perikanan, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri (ekspor).
Seperti pada saat terjadi El Nino di satu sisi dapat mengakibatkan meningkatnya suhu dan salinitas air laut yang dapat membahayakan padang lamun (sea grass) dan terumbu karang (coral reef) sebagai habitat dari berbagai jenis ikan. Padang lamun dan terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan. Padang lamun dan terumbu karang bila terkena sinar matahari berlebihan pertumbuhannya akan terganggu, rusak dan mati. Padang lamun dapat hidup dengan suhu optimum sekitar 28-30°C, kedalaman 0-22 m dan salinitas 25-35 ppt. Padang lamun memiliki nilai prodiktivitas yang tinggi yang bermanfaat bagi komunitas yang hidup di habitat tersebut. Ikan-ikan yang menghuni padang lamun, di antaranya: ikan-ikan parrot (Scarus danSparisoma), ikan surgeon (Acanthurus), ikan-ikan ballyhoo (Hemiramphus brasiliensis), ikan rudder (Kyphosus sectatrix), ikan trigger (Melichthys radula), dugong (Trichechus manatus), juvenile ikan, mollusca, echinoidea, dan crustacea. Sedangkan terumbu karang dapat tumbuh pada suhu 25-29°C, kedalaman 0-50 m dan salinitas 34-36 ppt. Pada saat El Nino, terjadi peningkatan pemutihan (bleaching) pada karang yang menyebabkan berkurangnya atau hilangnya ikan-ikan yang biasa hidup bergantung pada terumbu karang, begitu juga dengan padang lamun. Karena suhu yang semakin panas dan berkurangnya habitat, maka ikan-ikan akan melakukan migrasi ke tempat yang lebih dingin. El Nino juga mengakibatkan penurunan populasi ikan di Laut Pasifik, khususnya jenis pelagis seperti ikan sardine (Sardinops sagax), anchoveta (Engaulis ringens), ikan mackerel (Tranchurus murphyi dan Scomber japonicuperuanus) berkurang karena sedikitnya makanan yang tersedia. Hal ini semua dapat mengakibatkan berkurangnya hasil perikanan tangkap.
Di sisi lain upwelling juga dapat menaikkan biomassa plankton, yaitu seperti yang terjadi di wilayah Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terdapat peningkatan jumlah klorofil, plankton dan massa air yang mengandung banyak nutrien yang sangat bermanfaat bagi ikan. Pada saat inilah terdapat banyak ikan yang dapat menguntungkan dalam sektor perikanan tangkap.
Lain halnya dengan yang terjadi di darat, El Nino dapat menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan dan persediaan air akan berkurang untuk pembudidayaan ikan kolam atau pun ikan keramba. Sedangkan pada saat La Nina, curah hujan tinggi dan sering terjadi badai di pantai, yang dapat menimbulkan banjir ikan-ikan atau pun udang yang berada di tambak akan meluap keluar karena kelebihan air. Akibat dari kekeringan kolam dan banjir ini dapat mempengaruhi produksi ikan.
Ikan adalah mahluk air yang sangat sensitive terhadap fluktuasi suhu dan cahaya yang ada di lingkungannya, ini juga akan berpengaruh pada sistem reproduksinya. Cahaya dan suhu adalah faktor yang memicu perkembangan gonad ikan dan bekerja sebagai isyarat yang menghubungkan perbedaan setiap fase dari siklus reproduksi ikan. Jadi semakin banyak intensitas cahaya (terang) maka perkembangan gonad ikan semakin cepat. Cahaya dan suhu yang diterima oleh ikan diproses oleh sel, jaringan dan organ dalam tubuhnya dan diubah menjadi sinyal untuk memproduksi hormon gonadotropin. Jadi pada saat El Nino, akan menguntungkan karena pada musim kemarau memacu ikan untuk memproduksi gonad, sedangkan pada saat terjadi La Nina yaitu, pada saat curah hujan yang tinggi, ikan akan memijah dengan baik. Karena cuaca sekarang ini yang semakin tidak menentu dan kita sukar memastikan kapan datangnya musim penghujan dan kemarau, dan berapa lamanya? Maka pada saat musim hujan yang panjang akibat La Nina ikan akan kekurangan cahaya matahari untuk memproduksi gonad. Untuk itu pada ikan budidaya di hatchery, dapat diatasi dengan cara pemberian cahaya dari lampu UV yang dapat diatur berapa intensitas cahaya dan suhu yang dibutuhkan.
Untuk meminimalisir dampak dari terjadinya fenomena alam El Nino dan La Nina dibutuhkan:
  1. Peran serta dari pemerintah yang membuat kebijakan dan masyarakat yang bersentuhan langsung dengan lingkungan tempat mereka tinggal.
  2. Meningkatkan program pemantauan laut untuk dapat memprediksi waktu kejadian, lama kejadian, dan sebaran wilayah yang akan terkena dampaknya.
  3. Melakuakn riset dan kerjasama internasional.
  4. Menyesuaikan sistem penataan ruang terhadap fenomena alam El Nino dan La Nina.
  5. Mengembangkan penjangkauan sistem informasi atau penyuluhan tentang El Nino dan La Nina secara cepat kepada nelayan atau pembudidaya ikan.
  6. Melakukan monitoring terhadap ekosistem yang ada di pesisir. Untuk terumbu karang dilakukan recovery atau transplantasi terumbu karang yang telah rusak dan membudidayakan padang lamun.
  7. Mengembangkan dan memfasilitasi pembudidaya untuk menerapkan teknik budidaya ikan yang tahan terhadap kondisi kekeringan, kebanjiran, dll
Sumber bacaan:
A. G. Ilahude & A. Nontji. Oseanografi Indonesia dan Perubahan Iklim Global (El Nino dan La Nina). LIPI
Dirjen Penataan Ruang. Penyesuaian Sistem Penataan Ruang Terhadap Perubahan Iklim. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

 Ragam Makna

·        Denotasi:  merupakan makna lugas, yaitu yang langsung menunjuk pada benda atau suatu referen tertentu (makna leksikal, koseptual, dan denotatif)
·        Konotasi: merupakan makna kias, yaitu makna yang tidak menunjuk pada arti sebenarnya.
·        Gramatikal:  merupakan makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal.
·        Laksikal: merupakan makna yang bersifat leksikon, leksom, atau kata. Makna yang sesuai dengan referen dan hasil observasi kita.
·        Homonim: kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yg berlainan
·        Homofon: kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan dan maknanya.
·        Homograf: kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya.
·        Hiponim: hubungan antara makna spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi dan nama taksonomi, misal kucing, anjing, kambing disebut hiponim dari hewan
·        Hipernim: bentuk bahasa (kata, frasa, dsb) yang mempunyai makna lebih dari satu
·        Polisemi: bentuk bahasa (kata, frasa, dsb) yang mempunyai makna lebih dari satu.
·        Asosiasi : tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain; pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra.
Ø  Majas
·        Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas sendiri terdiri dari 4 jenis dan dibagi lagi menjadi beberapa jenis, berikut adalah rinciannya;

o   Majas perbandingan
1.      Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2.      Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3.      Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
4.      Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
5.      Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6.      Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7.      Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8.      Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9.      Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10.  Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11.  Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12.  Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13.  Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14.  Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15.  Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16.  Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17.  Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18.  Disfemisme: pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19.  Fabel: menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20.  Parabel: ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21.  Perifrasa: ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22.  Eponim: menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23.  Simbolik: melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24.  Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
o   Majas sindiran
1.      Ironi: sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2.      Sarkasme: sindiran langsung dan kasar.
3.      Sinisme: ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4.      Satire: ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5.      Innuendo: sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
o   Majas penegasan
1.      Repetisi: perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
2.      Pararima: pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
3.      Aliterasi: repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
4.      Paralelisme: pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
5.      Tautologi: pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
6.      Sigmatisme: pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
7.      Antanaklasis: menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
8.      Klimaks: pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
9.      Antiklimaks: pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
10.  Inversi: menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
11.  Retoris: ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
12.  Elipsis: penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
13.  Koreksio: ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
14.  Polisindenton: pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
15.  Asindeton: pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
16.  Interupsi: ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
17.  Eksklamasio: ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
18.  Enumerasio: ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
19.  Preterito: ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
20.  Alonim: penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
21.  Kolokasi: asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
22.  Silepsis: penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
23.  Zeugma: silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.